Kamis, 29 September 2011

Visual Basic - OptionButton


 Postingan kali ini kita akan sedikit berkutat seputar warna. Kita akan membuat program sederhana untuk mengganti warna dengan VB.

Tapi sebelumnya saya ingin memberikan sedikit tambahan.

Seandainya saya memiliki dua form. Katakanlah Form 1 dan Form 2. karena Form 1 lebih dulu dibuat maka ketika di running Form 1 akan tampil lebih dulu. Lalu bagaimana caranya Form 2 yang baru kita buat agar tampil pertama kali ketika di running?

Mudah saja, pilih Project → Project1 Properties


Setelah itu cari menu Startup Object → pilih Form2


Lalu tentu saja Klik OK.

Mari kita lanjutkan, nantinya kita akan membuat tampilan seperti ini,

Senin, 26 September 2011

Visual Basic - Pengenalan


Ada yang bilang bahwa belajar program atau menjadi programmer itu sulit. Tapi saya mau men-sugesti diri sendiri kalau belajar program itu mudah asal kita mau mengikuti langkah-langkah nya dengan baik dan teliti.

Karena itu saya  berniat memposting tulisan tentang VB (Visual Basic). Bermanfaat buat yang bersedia meluangkan waktunya untuk membuka dan membaca postingan ini. ^_^

Sebelumnya saya menggunakan Visual Basic 6.0.

Untuk memulai kita bisa memilih project Standar EXE. Untuk fungsi-fungsi selanjutnya akan dijelaskan bertahap.


Rabu, 07 September 2011

Terjebak

Imajinasi terkadang begitu menakutkan
Menjebak kita di dunianya
Yang selalu indah seperti harapan kita
Lalu menarik kita dan tidak ingin melepaskannya
Atau kitalah yang tidak ingin lepas
Entahlah
Yang pasti jiwa dan pikiran ini masih berada disana
Dalam alam imajinasi yang memabukkan

Jumat, 02 September 2011

CDS (Story) :: Sinar Matahari Untuk Mia ::



Ini Merupakan Cerpen Terjemahan dari majalah Story edisi 24. Yang berjudul Rays Of Shunshine For Mia karya Novita. Berikut adalah terjemahan saya sendiri yang saya ikutkan dalam ajang menterjemahkan cerpen Cerita Dari Seberang
 ~*~*~
 Sinar Matahari Untuk Mia
          Dia buta. Pecahan sinar matahari menyapu wajahnya dari jendela yang tinggi. Dia bersandar pada dinding yang dingin dan wajahnya, terlihat ragu, dalam cahaya yang kekuning-kuningan.

            Dia tuli. “Hai, aku Josh.” Suara canggungku menggema di dalam sel yang kecil. Pamanku Ted yang juga kepala rumah sakit jiwa, tertawa dan meminta maaf karena pasiennya tidak dapat menjawabku. Dia tidak berbicara. Tidak satu katapun.

        “Dia itu Hellen Keller abad 21,” kata Paman. Pada makan malam setiap tahun baru selama sepuluh tahun terakhir ini Mia selalu menjadi topik di meja makan. Umurku dua puluh empat tahun sekarang, Mia berumur sebelas tahun ketika dia dibawa tinggal di sel.

            “Hai,” aku mengulangi dan berjongkok di depannya.

“Kau tidak boleh terlalu dekat dengannya,” Paman Ted menarikku berdiri sebelum aku sempat meraih tangannya, “dia memusuhi siapapun yang menyentuhnya.”

“Siapapun?” aku menatap wajahnya yang sudah dibersihkan dan rambutnya yang tersisir.

“Ya, siapapun kecuali Ibu Casey. Dia yang bertanggung jawab atas kesehatannya,” Paman menepuk pundakku, ”pengamatan bagus.”

Aku merasakan kebanggaan yang besar untuk pujian kecil itu. Ayahku sangat bangga pada Paman Ted Ayah yakin aku hanya akan melakukan suatu kebodohan jika mengikuti jejak Paman mengambil kuliah di psikiatri. Pilihan tepat menjadikan Mia subjek tugas akhirku. Aku akan merubah pendapat Ayah tentangku.

***

“Pernahkah kamu mencoba mengajarinya bicara?”

Aku bergegas sepanjang koridor untuk tetap bersama Ibu Casey. Aku yang sudah mengunjungi Mia selama seminggu ini, frustasi karena sama sekali tidak memberikan kemajuan dalam berkomunikasi dengan Mia. Bagaimana kau dapat mengerti orang yang tidak mendengar pertanyaanmu, dan tidak akan menjawab pertanyaanmu?

“Apakah aku terlihat seperti Annie Sullivan untukmu?” Ibu Casey mendorongku menyingkir dari jalannya lalu masuk kedalam sel Mia. Aku berdiri di sudut, terdiam. Ibu Casey mengambil baskom berisi air hangat dari trolynya. Dia memercikkan air di wajah Mia. Aku melihat Mia berkedip dan sedikit memalingkan kepalanya. Itu pasti bentuk sambutan di antara keduanya. Ibu Casey merendam handuknya kedalam air hangat dan menggunakannya pada wajah Mia dan anggota badan lainnya. Dia melakukannya dengan cepat dan efektif. Jelas bahwa Mia hanyalah kewajiban lain yang dia harus kerjakan.

Aku menunggu di luar ketika dia mengganti pakaian Mia. “Lihatlah jika kamu sudah selesai,” katanya padaku ketika sibuk menuju sel berikutnya. Aku berjalan masuk lagi. Mia sudah kembali pada kecenderungannya persis di jendela yang tinggi, sepertinya tidak ada perubahan yang terjadi. Sama sekali.

Kuseret kakiku di lantai yang bersemen. Bagi Paman Ted, Mia adalah sebuah kasus. Bagi Ibu Casey dia adalah tugas. Bagiku, dia adalah subyek, sebuah teka-teki yang coba aku pahami sehingga aku dapat menulis sesuatu dalam laporanku. Siapakah Mia... bagi dirinya sendiri? Apakah dia benar tidak mampu merasakan, atau kitalah yang menganggapnya begitu? Apakah dia benar tidak mampu bersosialisasi, atau kitalah yang tidak pernah mencoba?

Aku menuangkan sedikit air pada telapak tanganku, kemudian perlahan memercikkan ke wajahnya. Dia berhenti memutar kepalanya seperti yang dia lakukan ketika Ibu Casey yang memercikkannya. Jantungku berdetak lebih cepat. Apakah dia menunjukkan sebuah perbedaan? Tetesan air itu menggelitik hidungnya perlahan ia mengangkat tangannya dan menyekanya. Bukankah dia bergantung pada itu.

Ia tidak masuk akal.

***

“Matahari bersianar cerah diluar sana. Jika kamu mau keluar kamu akan merasakan kehangatannya.” Kuulurkan tanganku dengan tangan Mia di sana. Hanya sesaat hingga tangannya tidak lagi digenggamanku dan merenungkannya. sekarang matahari sedang bersinar diluar sana, dengan nuansa warnanya. Sekarang terasa hangat, lalu sekarang terasa dingin. Aku perhatikan lekat-lekat jendela itu yang begitu tinggi. Dia akan kehilangan saat dimana bunga bermekaran di taman jika tidak melihatnya.

Ini sudah sebulan sejak aku menemukan kunci menuju dunianya. Sekarang aku dapat bebas duduk disampingnya dan berbagi earphone iPod ku. Aku bercerita padanya tentang dunia diluar sana, tentang lalu lintasnya, tentang hidup. Tentang kedua orang tuaku yang menyukai Ivy, pacarku, lebih dan lebih hingga aku tidak yakin kemana kami akan membawanya. Tidak lagi. Tidak sejak aku melihatnya dipangkuan sahabatku Mark. “Yah, mantan sahabat.”

Mia tersenyum. “Apa? Kau kau pikir itu lucu?” dia tetap diam, dengan senyumnya. Terkadang aku merasa di dapat mendengarku.

“Dia tuli secara psikologis,” jelas Paman Told padaku kemarin. Mia kehilangan kemampuan berbicara ketika berumur tujuh tahun, pendengarannya ketika berumur delapan tahun dan penglihatannya ketika berumur sebelas tahun. Ini seperti dia mematikan seluruh sistem tubuhnya dan membirakannya terjebak dalam cangkangnya. Dia masuk ke lembaga kejiwaan setelah kematian ibunya. Ayahnya terkurung di penjara. Setelah dia mengakhiri siksaan istrinya dengan membunuhnya.

Mia berhenti bicara sebab dia tidak diijinkan bicara. Dia berhenti mendengarkan sebab dia tidak sanggup lagi mendengar. Dia berhenti melihat sebab dia telah melihat sesuatu yang mengerikan. Umurnya waktu itu sebelas tahun. Aku sedang memikirkan betapa tidak beruntungnya dia, aku mendapati diriku mengatakan sesuatu tanpa memikirkannya. “Maafkan aku, Mia. Maaf aku membuat kau mengingatnya.” Jika saja permintaan maaf bisa menghilangkan semua lukanya.

Hanya sesaat aku menyadari tetesan air mata jatuh dari sudut matanya. Bibirnya gemetar mencoba merasakan kembali emosinya.

“Tidak apa-apa, menangislah Mia.” Mia menangis di lenganku selama beberapa jam. Seakan-akan air matanya yang berharga yang telah disimpannya selama sepuluh tahun ini tumpah begitu saja hari ini.  Ketakutan terbesarnya menguasainya, cangkang dirinya pecah menunjukkan betapa rapuhnya dia. Saat ini sudah tidak ada lagi yang malukainya, hanya ada kasih sayang dan kehangatan dari Ibu Casey dan Paman Ted.

Tidak ada seorang pun yang dapat memilih masa lalunya, dan tidak ada seorangpun yang dapat mengatakan bagaimana seharusnya mengahadapi cobaan dalam hidup. Akhirnya dalam laporanku  aku mencoba merubah teori mengenai obat untuk kerusakan mental, terkadang yang dibutuhkan hanyalah orang-orang yang mau peduli.

Laporanku kemudian dikukukan. Aku lakukan sesuatu dengan pendapatanku itu untuk mengeluarkan Mia dari Rumah sakit jiwa. Kuputuskan membawanya ketempat yang lebih baik untuk melanjutkan pengobatannya di rumahku sendiri, dengan jendela besar yang dapat langsung melihat bunga-bunga yang bermekaran, dan cahaya matahari yang tidak jauh untuk dijangkau.